HATI YANG TERJATUH
Banyak orang mengeluh tentang hujan, tetapi bagiku hujan itu sungguh sebuah anugrah yang indah. Aku termenung dalam indahnya instrument lagu ost. Endless love yang begitu membuatku melayang. Aku berpikir tentang seorang pangeran yang suatu saat akan datang membawa kebahagiaan untukku. Aku begitu kesepian dan menyedihkan. Aku merasa hidupku begitu kosong. Walaupun aku selalu terlihat ceria didepan teman-temanku, tapi sebenarnya tidak.
“hey Din, ngapain kamu ngelamun siang bolong begini, terdengar ucapan sahabatku yang bernama Chika dengan suaranya yang tegas. Aku sungguh terkejut dan dengan spontan berdiri tegap.
“Aduh Chika sih bibik sayur, loh ngancurin khayalan gue tau ngak?, kataku dengan nada sok judes”. Diapun tertawa melihat tingkah lakuku yang terlalu terkejut dan akupun ikut tertawa.
Pettt,, pettt,, bunyi bel tanda masuk berbunyi.
“Aduh,, males sekolah, ucapaku dengan nada sedikit merenggek. “Hei,,Andin Prinkle Taries, jangan mau jadi orang yang pemalas, “ Kata buk Hurbeth, orang yang pemalas nanti suaminya berewokkan, ucapnya dengan nada sedikit menceramahi.” Akupun menghela napas sesekali, huff. Kamipun pergi kesekolah seperti biasa dan langsung menuju ke zona pembersihan kelasnya masing-masing.
Siaaaapppp… grak, suara pemimpin apel yang sok tegas terdengar ditelingaku. Seperti biasa, apel selalu di pagi hari, kecuali hari sabtu. Karna dihari sabtu itu tidak ada jadwal sekolah hanya paskibra untuk kelas 10 dan 11. Tetapi aku masih kelas 11, so,,, harus ikud dech L .
Wahh,, nanti ada Kemah Penggalang ya di Tirina, kataku. Lalu Chikapun melirik kearahku dan berkata “ iya”, dengan jawaban yang singkat,jelas dan padat. “ ohh,, “, akupun berkata dengan warna muka merona.
“Ehmm,,
“Males banget gue belajar chik, “kataku seraya membubarkan konsentrasi Chika yang sedang membuat cerpen.
“Gue aja males Din, lebih baik gue lanjutin cerpen gue , Chikapun berkata dengan penuh konsentrasi. “Tok.. tok.. (bunyi pintu yang diketuk) permisi buk, saya disuruh oleh pak Letto untuk memanggil Andin dan Chika,kata seorang laki-laki yang sering dipanggil Duhra itu.